Puisi
R. Fahik
RAMBU
Untuk
Clarita
Hamparan padang sabana yang maha luas
ini, akan selalu mengingatkanku pada senyuman indahmu yang belum mampu
kususuri. Lembah dan ngarai yang terpahat pada hamparan sabana itu, serupa
lesung pipimu yang menghantui malam-malamku.
Rambu... Rambu... Rambu... Kupanggil
namamu dari lembah kerinduan ini. Pernahkah kau dengar seribu langkah
sandelwood bergemuruh di padang-padang sabana? Detak jantungku lebih bergemuruh
lagi. Gemuruh kerinduan untuk menyusuri indahnya padang sabana bersamamu. Siapa
tahu di saat itu aku bisa memahami senyum indahmu. Atau setidaknya seumur
hidupku aku pernah mengalami bagaimana seorang gadis Sumba tersenyum indah
padaku.
Rambu... Rambu... Rambu... aku akan
merindumu
seperti Watuparunu merindukan sungai-sungai yang datang kepadanya siang dan
malam. Aku akan mencintaimu dalam diam seperti Londa Lima yang bisu menatap
cakrawala yang ia kagumi. Rambu... Rambu... Rambu... Bolehkah aku berbisik
sejenak? “Nyungga mbuhanggau nyumu...”
Waingapu, 8
Agustus 2015
Catatan:
Rambu : Sapaan untuk perempuan Sumba
Watuparunu, Londa Lima :
Nama pantai di Sumba Timur
Nyungga
mbuhanggau nyumu : Aku cinta
padamu